Kapan Waktunya Kita Menyerah atau Lanjut? -->

Header Menu

Kapan Waktunya Kita Menyerah atau Lanjut?

Jurnalkitaplus
02/12/25




Jika Sobat JKPers baru berada di tahap awal dan sudah merasa ingin menyerah, kemungkinan besar itu bukan hal yang benar-benar penting bagimu. Dalam kasus seperti itu lebih baik kamu lepaskan saja dan beralih ke hal lain. 

Namun, jika kamu sudah berada di pertengahan jalan. Teruskan, selama itu memang sesuatu yang penting bagimu. Lantas bagaimana mengetahui kapan harus bertahan atau kapan harus menyerah dan beralih ke hal baru? 

Author the New York Times sekaligus penulis buku bestsellers The 48 Laws of Power Robert Greene menjelaskan hal ini bergantung pada seberapa jauh kita sudah melangkah, serta tingkat keterlibatan dan keinginan terhadap hal tersebut. 

Jika ini sesuatu yang sangat berarti bagi kamu, sesuatu yang ingin kamu bangun atau ciptakan selama bertahun-tahun, yang menyentuh bagian terdalam dirimu, yang punya dampak personal dan benar-benar memanggil maka kamu tidak boleh menyerah. 

Apa yang membuatmu ingin menyerah?

Apakah kamu bosan? Gelisah? Teralihkan? Atau ada hal baru yang tampak lebih menarik? 

Jika alasannya itu, berarti tingkat keterikatanmu memang tidak terlalu dalam. Mungkin hal tersebut memang tidak terlalu penting bagimu. Dalam kasus seperti itu, Robert mengatakan tidak apa-apa menyerah. 

Tapi biasanya, jika sesuatu itu benar-benar penting dan mendalam, ketika kamu berada di titik frustrasi dan mungkin berpikir menyerah, namun di saat yang sama ada bagian dalam dirimu yang berkata, "Aku tidak bisa menyerah. Ini sangat berarti bagiku. Aku sudah terlalu jauh dan terlalu terlibat." 

Pada titik itu kamu harus melewati keraguan dan harus terus melanjutkan. 

Penulis buku bestsellers The 33 Strategies of War, The 50th Law, Mastery, The Laws of Human Nature, serta The Daily Laws tersebut menegaskan, ketika sesuatu terasa buntu dan Sobat tidak tahu langkah berikutnya.. sebenarnya itu adalah tanda bahwa ada sesuatu yang sedang berkembang dalam dirimu. Di balik kesadaranmu, otak sedang bekerja. Roda-rodanya sedang berputar. 



Robert Greene (YouTube)

Frustrasi itu hanyalah tanda bahwa kamu belum menyadari kemajuan yang sedang terjadi di bawah permukaan. Karena itu, Sobat harus terus menembus rasa buntu itu. 

Seorang komposer besar Jerman, Johannes Brahms, suatu hari sedang mengerjakan sebuah simfoni dan ia benar-benar merasa buntu. Hampir menyerah dan benar-benar berhenti karena rasanya tidak mampu meneruskan. Namun keesokan harinya, tiba-tiba semua ide itu datang sendirinya. 

Solusi muncul karena ia sempat "menyerah" meski sebenarnya ia diam-diam masih berharap jawabannya muncul suatu saat. 

Hal itu juga bisa terjadi padamu. Karena sebenarnya ia tidak benar-benar menyerah. Ia hanya butuh jarak agar pikirannya menemukan jawabannya sendiri. 

Jadi, jika kamu baru memulai dan sudah ingin menyerah, kemungkinan besar hal itu memang tidak terlalu penting bagimu, dan melepaskannya tidak masalah. Tapi jika kamu sudah berada di pertengahan atau dua pertiga jalan, jangan menyerah. 

Teruskan selama itu penting bagimu. Kunci dalam hidup adalah memilih pekerjaan dan proyek yang memiliki keterikatan pribadi yang dalam. Yang berarti besar bagimu, yang mungkin sudah menarik perhatianmu sepanjang hidup. Sehingga ketika keinginan untuk menyerah muncul, rasa cinta dan hasratmu untuk karya itu akan mengalahkan dorongan untuk berhenti. 

Jangan menjadi orang yang selalu teralihkan oleh hal-hal baru yang terlihat lebih seru daripada pekerjaan yang sedang kamu selesaikan. Jika itu kebiasaanmu, kamu akan kesulitan besar dalam hidup, karena itu akan menjadi pola: kamu tidak akan pernah menuntaskan apa pun. 

Robert juga menegaskan bahwa adang-kadang kita perlu menyelesaikan sesuatu meski diri sudah tidak menyukainya. Agar kamu punya rasa bangga dan pengalaman bahwa: "Aku menyelesaikannya. Aku berhasil. Aku menuntaskannya." 

Mungkin tidak menyenangkan, tetapi sekarang kamu tahu rasanya menyelesaikan sesuatu. Kamu tidak membangun pola hidup penuh impian setengah jadi atau ambisi yang berhenti di tengah jalan. Kamu membentuk diri menjadi seseorang yang menuntaskan apa yang sudah dimulai. (ALR-26)