Misi 80 Emas Indonesia di SEA Games 2025: Antara Ambisi, Realitas, dan Tanggung Jawab Negara -->

Header Menu

Misi 80 Emas Indonesia di SEA Games 2025: Antara Ambisi, Realitas, dan Tanggung Jawab Negara

Jurnalkitaplus
06/12/25



Jurnalkitaplus - Pemerintah kembali mengibarkan target tinggi menjelang SEA Games ke-33 di Thailand. Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir memastikan Indonesia mengirimkan 48 dari total 51 cabang olahraga yang dipertandingkan—sebuah langkah agresif untuk memburu posisi tiga besar dan minimal 80 medali emas.


Target itu bukan angka kecil. Bukan pula sekadar slogan motivasi. Ketika Erick menyatakan, “Kami coba target di (peringkat) tiga itu… dengan total emas 80,” publik otomatis menimbang: apakah kali ini mimpi besar negara benar-benar dimatangkan dengan perhitungan?


Di Istana Merdeka, Jumat 5/12 Presiden Prabowo Subianto melepas ratusan atlet yang akan mengibarkan Merah Putih di Thailand. KOI menyebut total 1.021 atlet terlibat dalam penyelenggaraan SEA Games ke-33, meskipun kontingen resmi yang berangkat tercatat 996 atlet. Sebagian telah lebih dulu bertolak ke lokasi pertandingan—menandai betapa ketatnya persiapan menjelang pesta olahraga Asia Tenggara ini.


Namun, di balik janji emas, muncul pertanyaan yang tak kalah penting:

Apakah sistem pembinaan kita sudah benar-benar siap menopang ambisi sebesar itu?

SEA Games memang bukan ajang baru. Ini pesta dua tahunan yang mempertemukan 11 negara ASEAN, ajang di mana Indonesia kerap berada di pusaran kritik: kadang terlalu percaya diri, kadang tersandung persoalan internal, dan tak jarang pulang dengan evaluasi panjang.


Pengiriman 48 cabang dari 51 adalah manuver besar. Artinya negara memberikan kepercayaan luas kepada federasi olahraga. Tapi kepercayaan tanpa konsistensi pembinaan hanya menghasilkan euforia sesaat.


Wamenpora Taufik Hidayat menyebut sekitar 200 atlet dilepas langsung Presiden, sementara sisanya sudah berada di luar negeri untuk persiapan. Ini menunjukkan keseriusan, namun juga menegaskan betapa besar risiko jika target meleset: publik akan bertanya tentang efektivitas anggaran, strategi, dan komitmen jangka panjang.


Ambisi Prabowo–Erick mencapai 80 emas adalah taruhan. Taruhan atas kerja pelatih, atlet, federasi, hingga tata kelola olahraga nasional. Jika berhasil, itu akan menjadi energi baru bagi Indonesia menuju panggung besar seperti Asian Games atau Olimpiade. Jika gagal? Editorial ini mengingatkan: kegagalan bukan karena atlet kurang berjuang, melainkan karena ekosistem yang tidak sepenuhnya dibenahi.


SEA Games 2025 bukan sekadar soal podium. Ini ujian keberanian negara mempertanggungjawabkan pembangunan olahraga yang inklusif, modern, dan berkelanjutan.


Bukan hanya tentang emas—tetapi tentang fondasi.

Bukan hanya tentang ambisi—tetapi tentang arah.


Dan seperti biasa, sejarah akan mencatat: apakah Indonesia datang sebagai peserta, atau sebagai bangsa yang benar-benar siap menang. (FG12)