Sisi Positif Drama You & Everything Else -->

Header Menu

Sisi Positif Drama You & Everything Else

Jurnalkitaplus
17/12/25

Assalamu'alaikum Sobat Jkpers!
Kali ini aku mau share tentang "Pelajaran apa sih yang bisa kita ambil dari drama You and Everything Else?"

Sebagai penonton, kadang kita cuma ngeliat dramanya sebagai kisah pertemanan yang rumit dan penuh tarik-ulur. Tapi kalau ditarik lebih jauh, drama ini banyak banget nyentuh hal yang sering kita alami dalam hubungan nyata—baik itu pertemanan, cinta, maupun perjalanan kita memahami diri sendiri.

Pasti dari konflik dan karakter-karakternya, kalian kepikiran,
"Ah ini pasti tentang sahabat yang toxic, rasa iri, dan hubungan yang nggak jelas ujungnya!"
Iya, benar. Tapi aku nggak mau berhenti di situ aja. Aku pengen ngeliat drama ini dari sisi yang lebih luas—tentang kejujuran, rasa memiliki, dinamika pertemanan yang realistis, dan bagaimana luka lama bisa membentuk cara seseorang memperlakukan kita.

Yang pertama, drama ini ngajarin bahwa kehadiran sahabat nggak selalu mulus. Ada kalanya kamu mencintainya karena perhatian dan kebersamaannya, tapi di waktu lain kamu membencinya karena sikapnya yang menyakitkan.
Hubungan cinta-benci seperti ini sering bikin kita mikir: "Kita tuh sahabatan atau musuhan?"

Sama seperti drama "Friendly Rivalry", kita belajar bahwa memang ada orang yang "dititipkan" Tuhan untuk hadir sebagai ujian. Sahabat yang sudah kita percaya bisa juga menyakiti, lalu datang lagi seolah butuh dikasihani. Dari luar terlihat seperti racun, tapi sebenarnya ada pembelajaran mahal yang tersembunyi.

Hal penting yang aku pelajari adalah:
Ketika kamu tumbuh dengan jujur, apa adanya, dan nggak takut jadi diri sendiri, akan selalu ada orang yang suka… dan ada yang iri.
Kadang iri itu bukan karena kamu salah, tapi karena kamu punya sesuatu yang mereka inginkan: kasih sayang, perhatian, atau ruang aman yang mereka nggak pernah dapatkan di rumahnya. Pola asuh yang keras atau kekurangan kasih sayang bisa membuat seseorang memperlakukan kita dengan cara yang melukai.

Orang yang iri seringkali ingin mengambil apa pun yang kita punya—perhatian, kedekatan, bahkan kebahagiaan kecil sekalipun. Kalau kita lagi nggak kuat, tentu pilihan paling logis adalah melepaskan.
Tapi bagaimana kalau yang ia percaya… hanya kita?
Bagaimana kalau setiap luka yang ia beri sebenarnya jeritan dari hatinya yang paling kosong?

Drama ini bilang:
Begitu kamu bahagia dan sukses, orang yang merasa dirinya gagal bisa berjuang mati-matian untuk menarikmu turun ke tingkat yang sama.
Bukan karena benci—tapi karena takut kehilangan dan takut merasa paling menderita sendirian.

Namun, kebaikan sejati itu nggak gampang luntur.
Kalau kamu punya empati yang kuat, kamu akan sadar bahwa meskipun ia menyakitimu, hidupnya mungkin jauh lebih kelam dari yang pernah kamu lihat. Bisa saja, caranya melukaimu adalah satu-satunya cara agar kamu tetap ingat bahwa ia ada.

Tapi kita juga manusia—ada batasnya.
Kalau terus-terusan diperbudak oleh permainan emosi dan manipulasi, apa yang harus dilakukan?

Jawabannya:
Jadilah dirimu sendiri.
Dalam hubungan yang rumit dan nggak adil sekalipun, ketulusanmu tetap sesuatu yang mahal. Kamu nggak harus berubah menjadi pahit hanya karena seseorang pahit terhadapmu.
Tetaplah jadi orang baik, tapi jangan lupa melindungi dirimu sendiri.

Akhirnya, drama ini mengingatkan bahwa hubungan—baik itu sahabat atau lebih dari itu—nggak selalu hitam putih. Kadang seseorang menyakiti bukan karena benci, tapi karena luka. Kadang seseorang mencintai bukan karena siap, tapi karena takut kehilangan.
Dan kadang… kamu harus memilih dirimu sendiri meskipun itu menyakitkan.

Jadi, buat kamu yang sudah menonton You and Everything Else, pelajaran apa yang paling membekas di hati kamu?

FAI-32