Assalamu'alaikum Sobat Jkpers!
Kembali lagi di bedah film, dari film yang belum atau sudah kamu tonton, namun, belum menemukan apa yang bisa dipelajari dan bekal untuk kita menghadapi kehidupan ini. Ya! Perihal materi kehidupan belum tentu kamu temukan di pelajaran sekolah bahkan kuliah. Tapi, tenang saja! Kini kami hadir untuk meringkas sebuah serial 'The Escape of The Seven'
Kejam, menyedihkan, diskriminasi, serakah, hal yang paling mengena setelah mengetahui seluruh episode ini dengan seksama. Dan, kami sadar ini penting dibagikan ke kamu, dan semoga bisa bermanfaat dan hindari kesalahan karakter dalam dunia yang dibuat oleh penulis skenario sebagai peringatan kita sendiri sebagai tersirat :
1. Kesadaran terhadap Kekerasan Anak & Perundungan
Bang Dami menerima kekerasan fisik dan verbal dari orang terdekatnya—seperti dilempar hujan saat sakit dan dihina secara brutal. Kasus kekerasan dalam rumah dan bullying di sekolah/dunia maya masih marak terjadi. Serial ini mengingatkan kita untuk lebih peka dan tanggap terhadap tanda-tandanya.
Pelajaran: Kita perlu jadi orang dewasa yang responsif—bila curiga ada anak disakiti, bicara, bantu mereka akses layanan dukungan, atau laporkan ke pihak berwenang.
2. Sistem Mendukung Korban, Bukan Pelaku
Balas dendam dilakukan oleh ayah angkat Dami, bukan korban langsung. Banyak korban belum berani bersuara karena takut dikriminalkan. Akibatnya, keadilan pun tertunda—atau bahkan dicapai lewat jalur terbalik.
Pelajaran: Kita harus dorong sistem yang memfasilitasi korban bicara—melalui jalur hukum, psikolog, atau komunitas aman—bukan melalui aksi balas dendam ilegal.
3. Teknologi Bisa Jadi Alat Kontrol, Bukan Hanya Kemudahan
CEO Matthew Lee menggunakan teknologi AI untuk melacak dan mempengaruhi orang. Dunia semakin bergantung pada aplikasi dan AI. Tanpa proteksi yang tepat, privasi bisa disalahgunakan.
Pelajaran: Bijak memakai teknologi: baca syarat privasi, gunakan autentikasi aman, dan waspadai penyalahgunaan data.
4. Manipulasi Media dan Citra Itu Nyata
Para elit menyebar hoax, frame korban, dan hapus jejak digital agar tetap "bersih" di mata publik. Era post-truth membuat disinformasi mudah menyebar. Media sosial bisa digunakan untuk menutupi isu, bukan menyelesaikannya.
Pelajaran: Kita harus kritis dalam mengonsumsi berita—cek sumber, verifikasi fakta, dan hindari menyebar hoax.
5. Keserakahan dan Kekuasaan Merusak Moral
Karakter seperti Geum Lahui rela menghancurkan anak sendiri demi warisan. Kasus suap, nepotisme, korupsi, dan eksploitasi masih ditemukan di berbagai negara.
Pelajaran: Kesadaran akan etika dan integritas harus ditanam sejak dini—di kantor, sekolah, maupun pemerintahan. Pendidikan karakter penting untuk mencegah moral collapse.
6. Kekuatan Pengampunan dan Transformasi
Dalam serial: Beberapa karakter akhirnya berusaha menebus kesalahan—seperti Min Do‑hyuk yang mulai gunakan kekuasaannya untuk kebaikan. Banyak yang mulai berpikir ulang: "Bagaimana agar yang pernah salah tetap bisa berubah?"
Pelajaran: Memahami ada ruang untuk perubahan, selama ada tindakan nyata—melalui rehabilitasi, edukasi, atau kontribusi balik ke masyarakat.
7. Kolaborasi antara Pihak Berbeda untuk Hasil Nyata
Aksi balas dendam dilakukan lewat aliansi rumit antara ayah, mantan gangster, dan CEO teknologi. Masalah kompleks (korupsi, kejahatan online, bullying) butuh kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta.
Pelajaran: Berkolaborasi di komunitas kecil—seperti Rukun Warga, OSIS, forum parenting—dapat membantu menciptakan solusi nyata dan preventif untuk masalah sosial.
Haruskah dari seluruh bedah film ini kamu hanya membaca saja tanpa melihat diri sendiri atau orang di sekitar, ternyata dunia ini memang sudah tidak baik-baik. Lantas ya, tidak masalah jika memang masih bingung "aku harus apa dunia sudah seperti ini?" tapi jangan sampai terlalu berlebihan. Karena dari setiap bedah film yang kami terbitkan untukmu, memberikan solusi. Ini adalah kegagalan karakter karena mereka egois, serakah dan lain sebagainya. Dan pentingnya, kamu "bermain aman, tapi baik"
FAI (32)