Dasar-Dasar Metode Penelitian Sebagai Basis Pembelajaran -->

Header Menu

Dasar-Dasar Metode Penelitian Sebagai Basis Pembelajaran

Jurnalkitaplus
11/08/25



Penelitian seringkali dianggap hanya milik kalangan akademisi. Padahal, dalam kehidupan sehari-hari siapa pun dapat melakukannya. Petani, misalnya, dapat mencoba berbagai cara mengelola lahan, mengatur irigasi, menguji kualitas tanah, lalu mendokumentasikan hasilnya dan mengulanginya hingga memperoleh hasil yang konsisten.  

Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof. Dr. H. Sugiyono, M.Pd., dalam unggahan LognewsTV pada Ahad (10/8/2025) menjelaskan apa yang dimaksud dengan metode penelitian. Metode ini adalah cara ilmiah yang berpijak pada teori (rasional), terbukti nyata (empiris), dan dilakukan secara terstruktur (sistematis). Ia mencontoh dengan pertanyaan: 'ayam dengan telur, lebih tua mana' bukanlah diskusi ilmiah. Tetapi jika pertanyaannya 'telur A dengan telur B lebih tua yang mana', barulah itu bisa dibahas secara ilmiah. 

Ragam Data dalam Penelitian menurut Sugiyono:
  • Data Kualitatif. Data ini berupa narasi seperti kata, kalimat, bahasa tubuh, foto, dan gambar. Sugiyono berujar, "Seutas rambut di baju seseorang pun dapat menjadi data." Dalam pendekatan kualitatif, ada data empiris yaitu data yang apa adanya, tanpa tafsiran dengan data interpretif, yang berupaya memahami makna dari setiap ucapan dan tindakan. Sebagai contoh, fenomena ijazah palsu dapat dianalisis untuk mencari tahu apakah ada maksud tertentu di baliknya.  
  • Data Kuantitatif. Data ini terbagi menjadi dua: Nominal dan kontinum. Nominal yaitu hasil perhitungan, misalnya jumlah peserta sebanyak 40 orang. Sedangkan kontinum yaitu hasil pengukuran. 
Terdapat tiga level dalam data kuantitatif:  
  1. Ordinal: data berurutan seperti rangking atau antrian.  
  2. Interval: jaraknya sama namun tidak memiliki nol absolut. Contohnya, 0° Celsius tetap memiliki suhu.  
  3. Ratio: memiliki jarak yang sama dan nol absolut, sehingga memungkinkan operasi matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Penelitian dengan data rasio umumnya paling akurat. Untuk pengolahan data, aplikasi seperti SPSS dapat digunakan.  


Indikator Kualitas Data 
  • Valid: sesuai kenyataan, tanpa penambahan atau pengurangan. Penelitian yang baik menyajikan data sebagaimana adanya, bukan sebagaimana seharusnya.
  • Reliabel: konsisten. Namun, konsistensi tidak selalu berarti kebenaran. "Kebohongan yang disampaikan secara konsisten tetaplah tidak valid," ujar Sugiyono.
  • Objektif: bebas dari kepentingan pribadi atau kelompok.  
Level Penelitian 
  • Deskriptif: hanya menggambarkan objek tanpa memberikan pembuktian atau pengembangan.  
  • Verifikatif: membuktikan teori yang sudah ada, misalnya guru meminta siswa mempraktikkan rumus.  
  • Inovatif: mengembangkan sesuatu dari yang sudah ada. Misalnya, mengganti roda traktor dengan ban agar hasil pertanian lebih baik.  
  • Eksploratif: menemukan fakta yang sudah ada namun belum terungkap, seperti penemuan benua Amerika oleh Columbus.  
  • Kreatif/Menciptakan: menghasilkan sesuatu yang belum pernah ada. Sugiyono berseloroh, "Saya belum menemukan penelitian yang menciptakan makanan sekali makan bisa kenyang sebulan."  
Penelitian yang baik, tegasnya, adalah yang membawa kemajuan yakni memiliki kebaruan, valid, reliabel, objektif, dan bermanfaat. Contoh gagasan kreatif yang Sugiyono sebut misalkan aplikasi yang mampu mengirimkan aroma bersamaan dengan gambar parfum.  

Pohon Ilmu dalam Metode Penelitian memiliki tiga cabang utama:  
  1. To Know: memahami fenomena.  
  2. To Do: penelitian untuk membantu kehidupan (action research).  
  3. To Choose: penelitian untuk memilih, misalnya penelitian evaluasi.  
Salah satu pendekatan yang relevan adalah Research-Based Learning (RBL), di mana peserta didik aktif terlibat dalam penelitian. Sugiyono mengingatkan, "Kita sering lebih banyak menghafal daripada mengamalkan."  Di negara seperti Finlandia, pendekatan ini sudah diterapkan sejak tingkat sekolah dasar. RBL juga bisa membantu meningkatkan akreditasi dan reputasi lembaga pendidikan.



"S1 (penelitiannya) aplikasi, S2 inovasi, S3 kreasi. Jangan sampai tesis serasa skripsi. Tapi, skripsi boleh terasa tesis dan disertasi."-Sugiyono.

Sementara itu, Sugiyono dalam pengantarnya mengakui bahwa pendidikan di Indonesia memiliki beberapa masalah: 
  • Kualitas pendidikan. Perlu komparasi dengan negara tetangga. 
  • Relevansi, lulusan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. 
  • Pemerataan: kewilayahan dan utuh. Sugiyono menukas, "Sekolah di mana saja kualitasnya sama saja maka cocok untuk zonasi. Ini cocok untuk Jepang yang kualitas pendidikannya sudah merata, sementara Indonesia? makanya banyak orang tua memilih lokasi belajar.
  • Kebijakan. Setiap menteri berganti kebijakan, dan itu mulainya dari nol. Sebelumnya Merdeka Belajar sekarang kebijakannya Deep Learning. "Semua kebijakan ini bagus. Hanya masalahnya suatu kebijakan itu harus maju dan berkelanjutan. Makanya mengeluarkan dana banyak tapi tidak maju-maju. Seperti jalan di tempat. Ruwet," ujar Sugiyono.
Guru Besar yang telah mendapatkan rekor MURI sebagai penulis buku metode penelitian terproduktif dan telah mengisi lebih dari 600 seminar tersebut berharap bahwa ekosistem pendidikan yang tertata dan berkelanjutan selanjutnya menjadikan pembelajaran berbasis penelitian, sehingga membawa kemajuan bagi bangsa.

Pemaparan ini disampaikan oleh Prof. Dr. H. Sugiyono, M.Pd. dalam Pelatihan Pelaku Didik bertema Menuju Transformasi Revolusioner Pendidikan Berasrama Demi Terwujudnya Indonesia Modern di Abad XXI dan Usia 100 Tahun Kemerdekaan, yang digelar Ahad, 10 Agustus 2025 (16 Safar 1447 H).

(ALR-26)