Kembangkan Material Maju, Guru Besar IPB Dorong Pemanfaatan SDA dengan L-STEM -->

Header Menu

Kembangkan Material Maju, Guru Besar IPB Dorong Pemanfaatan SDA dengan L-STEM

Jurnalkitaplus
15/09/25



Jurnalkitaplus.com. Indramayu - Guru Besar Departemen Fisika, FMIPA IPB University Akhiruddin Maddu dalam Pelatihan Pelaku Didik "Mengubah SDA menjadi material maju berbasis LSTEM" memaparkan terdapat tahapan supaya ilmu menjadi ilmiah.   

Pada Ahad (14/9/2025) dalam unggahan LognewsTV, Akhiruddin menyebut tahapannya yaitu Law, Sains, Teknologi, Engineering, Seni, dan Matematika (L-STEM).  

Law (hukum) 
Hukum mencakup UU yang ditetapkan badan legislatif, keputusan hakim (yurisprudensi dalam sistem hukum umum), dan peraturan yang ditetapkan badan pemerintah.  

Sains 
Observasi, eksperimen, perumusan hipotesis, serta prediksi yang dapat diuji secara objektif. Sains mencakup berbagai cabang ilmu, dikategorikan menjadi: 
  • Ilmu Pengetahuan Alam (seperti biologi, kimia, dan fisika, yang mempelajari dunia organik dan anorganik) 
  • Ilmu Pengetahuan Sosial (seperti psikologi dan ekonomi, yang mempelajari perilaku manusia dan masyarakat).  
Teknologi  
Penerapan praktis pengetahuan dan keterampilan untuk menciptakan alat, mesin, dan proses yang melayani kebutuhan manusia, memecahkan masalah, dan mencapai tujuan. "Tidak cukup pengetahuan tetapi juga keterampilan. Seperti pembangunan kapal di dalam lembaga pendidikan pesantren." kata Akhiruddin.  

Engineering (rekayasa) 
Menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dan matematika untuk merancang, membangun, dan meningkatkan sistem, struktur, mesin, dan proses. Melibatkan proses desain rekayasa untuk memecahkan masalah dunia nyata, menciptakan produk baru, atau menyempurnakan produk yang sudah ada untuk efisiensi dan keselamatan.  

Seni (Art) 
Melalui keterampilan dan imajinasi, dirancang membangkitkan respons melalui keindahan, kekuatan emosional, atau gagasan konseptual.  

Matematika 
Menemukan dan mengorganisasikan metode, teori, dan teorema yang dikembangkan dan dibuktikan untuk kebutuhan ilmu-ilmu empiris (sains) dan matematika itu sendiri. Akhiruddin menekankan, "Kalau ilmu fisika tanpa matematika akan hampa, tidak ada kemajuan. Membuat kapal pasti ada matematika."   

"Yang sulit itu adalah mindsetnya. Paling gurunya agak gimana tapi pertama harus menyenangi dari diri dulu, sehingga mendorong untuk belajar fisika." ujarnya.  

"Indonesia ini punya banyak sumber daya alam, saya bingung kapan habisnya." ucap Akhiruddin, "Makanya harus ada ide dan kreatifitas. Jika ada kearifan lokal, dengan dasar ilmu yang ada bisa menjadi bahan kreasi entah medis, dirgantara, atau elektronik."  

Akhiruddin Maddu menjelaskan (LognewsTV/YouTube)

"Dulu ketika orang mau memecah batu mungkin dengan logam atau batu yang lebih keras. Itu adalah material. Bahan dasar untuk teknologi. Ada sampah, enaknya dibuat jadi apa. Sehingga lebih unggul."  

"Kita buat materi jadi lebih cerdas. Misalkan kayu kan kena air suka lapuk, kita buat jadi anti air bahkan gabisa dicuci karena bisa menempel dengan air saja tidak bisa," tukasnya.  

Guru Besar Departemen Fisika IPB tersebut mengakui, "Belum ada industri di kita. Sayang itu mungkin karena belum difasilitasi. Pantai yang pasirnya putih mengandung banyak materi potensial seperti silikon, bahan membuat hp, laptop, komputer, dan lainnya namun bukannya kita kembangkan sampai jadi sehingga bisa murah, malah dibawa keluar (silikonnya), datang-datang jadi laptop."  

"Kalau kita punya kapur di gunung, itu mengandung kalsium. Di cangkang telur juga ada. Tulang kita mengandung kalsium. Bisa jadi obat penguat tulang. Tapi bisa juga jadi Ram atau penyimpanan gadget dengan kalsium yang direkayasa. Panaskan seribu derajat (1000°) lalu jadi bahan. Kedepannya mau dimanfaatkan itu bisa."  

Limbah dari tebu bisa jadi silika dan silikon, bisa menjadi pupuk. Mengikat unsur hara khususnya nitrogen. Termasuk daun bambu, silikanya sangat tinggi. Bisa jadi pemancar cahaya. 

Cangkang telur direaksikan dengan silika dari daun bambu bisa memancarkan cahaya. Jadi suatu saat bisa saja membuat lampu LED yang memancarkan warna merah. Inilah kreasi di luar batas.  

"Jadi materi yang awalnya tidak fungsional bisa berubah dengan ilmu. Fisika juga butuh kimia, pertania. Diskusi harus jalan. Jadi tidak ada ilmu yang jago sendiri, berdiri sendiri, semua bersama disiplin lain," imbuhnya.  

Akhiruddin lebih lanjut terbuka menerima pelajar yang ingin berkonsultasi soal ilmiah, "Siswa di sini mau buat karya tulis ilmiah kami bisa bantu bimbing."  

Cangkang sawit, sebagai contoh lain, bisa menghasilkan karbon. Sebuah bahan dasar warna hitam yang biasa kita temukan di kehidupan sehari-hari seperti warna ban, plastik, dan banyak lagi.  



Peradaban saat ini merupakan hasil dari pikiran kreatif dan inovatif oleh generasi sebelumnya. -Akhiruddin Maddu

Orang tahunya, kata Akhiruddin, sekarang lampu LED, padahal dulu ada petromaks, lilin, juga bohlam (lampu Edison atau lampu pijar). Selama seratus tahun lebih dulunya diterangi oleh lampu pijar ini. Kemudian karena butuh daya besar akhirnya biaya mahal, hingga muncullah lampu fosfor kemudian LED. Termasuk TV LED dan lainnya.   

Maka, kata dia, kita harus menjadi manusia kreatif dan inovatif untuk peradaban berikutnya. Katakanlah sekarang revolusi industri 3.0 yang sifatnya otomatisasi kemudian ada Internet of things. Jadi harus diteruskan.  

"Bersambung... selamat menjadi perekayasa yang inovatif," tutup Akhiruddin. (ALR-26)