Para subjek melaporkan bahwa jari yang diobati terasa kurang sakit daripada jari yang tidak diobati. Ini seharusnya tidak mengherankan, tetapi Trivaricaine, sebenarnya, bukanlah obat penghilang rasa sakit. Ia hanya ramuan palsu tanpa khasiat pereda nyeri sama sekali.
Apa yang membuat mereka begitu yakin bahwa 'obat palsu' ini berhasil? Emma Bryce (2016) menyatakan jawabannya terletak pada Efek Plasebo (Placebo Effect), sebuah fenomena yang belum dijelaskan di mana obat-obatan, perawatan, dan terapi yang seharusnya tidak memiliki efek, dan seringkali palsu, secara ajaib membuat orang merasa lebih baik.
Emma Bryce dalam Ted-Ednya "The power of the placebo effect" menjelaskan, dokter telah menggunakan istilah plasebo sejak tahun 1700-an ketika mereka menyadari kekuatan obat palsu untuk memperbaiki gejala orang. Ini diberikan ketika obat yang tepat tidak tersedia, atau jika seseorang membayangkan mereka sakit.
Faktanya, kata plasebo berarti "Saya akan menyenangkan" dalam bahasa Latin, mengisyaratkan sejarah menenangkan pasien yang bermasalah.
Plasebo harus meniru perawatan yang sebenarnya agar meyakinkan, jadi mereka mengambil bentuk pil gula, suntikan berisi air, dan bahkan operasi palsu. Segera, dokter menyadari bahwa 'menipu' orang dengan cara ini memiliki kegunaan dalam uji klinis.
Pada tahun 1950-an para peneliti menggunakan plasebo sebagai alat standar untuk menguji perawatan baru. Untuk mengevaluasi obat baru, misalnya, setengah dari pasien dalam uji coba mungkin menerima pil yang sebenarnya. Setengah lainnya akan mendapatkan plasebo yang tampak sama. Karena pasien tidak tahu apakah mereka menerima yang asli atau yang palsu, para peneliti meyakini hasilnya tidak akan bias. Kemudian, jika obat baru menunjukkan manfaat yang signifikan dibandingkan dengan plasebo maka itu terbukti efektif.
Saat ini praktik plasebo semakin jarang karena masalah etika. Jika memungkinkan untuk membandingkan obat baru dengan versi yang lebih lama atau obat lain yang sudah ada, itu lebih disukai daripada tidak memberikan perawatan sama sekali, terutama jika pasien memiliki penyakit serius. Dalam kasus ini, plasebo sering digunakan sebagai kontrol untuk menyempurnakan uji coba sehingga efek obat baru VS obat lama atau alternatif dapat dibandingkan secara tepat. Tetapi tentu saja, kita tahu plasebo memberikan pengaruhnya sendiri juga.
Berkat efek plasebo, pasien telah mengalami kelegaan dari berbagai penyakit termasuk masalah jantung, asma, dan rasa sakit yang parah, meskipun yang mereka terima hanyalah obat palsu atau operasi palsu. Beberapa percaya bahwa alih-alih betulan sembuh, efek plasebo dikaburkan dengan faktor-faktor seperti pasien yang mencoba menyenangkan dokter dengan secara keliru melaporkan perbaikan. Di sisi lain, para peneliti berpikir bahwa jika seseorang percaya 'perawatan' itu nyata, harapan mereka untuk pulih benar-benar memicu faktor fisiologis yang meningkatkan gejala mereka.
Ted-Ed/YouTube
Plasebo dinilai mampu menyebabkan perubahan yang terukur dalam tekanan darah, detak jantung, dan pelepasan bahan kimia pereda nyeri seperti endorfin. Ia juga dapat mengurangi kadar hormon stres seperti adrenalin, dapat memperlambat efek berbahaya dari suatu penyakit.
Berarti efek plasebo ini bagus dong? Belum tentu. Jika seseorang percaya 'perawatan palsu' telah menyembuhkan mereka, mereka mungkin kehilangan obat atau terapi yang terbukti berhasil. Selain itu, efek positifnya dapat memudar seiring waktu dan sering kali terjadi.
Terlepas dari semua yang kita ketahui tentang tubuh manusia, masih ada beberapa misteri aneh dan abadi seperti efek plasebo. Jadi, keajaiban tak terungkap apa lagi yang mungkin kita miliki? terkadang sangat mudah untuk menyelidiki seluk beluk dunia di sekitar kita tapi lupa bahwa salah satu subjeknya, yang paling menarik, bisa saja terletak tepat di belakang mata kita. (ALR-26)